Cinta: Sisi Lain

Tak pernah dan tak akan ada yang sedekat itu. Tak akan ada yang mencintaimu, dengan segala ketidaksempurnaanmu yang bahkan kau sendiri tak pernah tahu. Kau tak perlu berpura-pura, memaksa diri menjadi seseorang yang lain, yang kau tak pernah bisa.

Mencintainya, hari demi hari, adalah mencintai dirimu sendiri. Adalah mencintai kekonyolan, kelatahan, serpih-serpih terdalam di dirimu, yang selama ini kausekat rapat-rapat, kaupendam dalam-dalam.

Tak siapapun, tak juga dirimu sendiri, yang sanggup memahami segala hal tentangmu. Dan memang tak perlu, pun tak cukup waktu untuk itu. Yang penting, dalam setiap momen yang ada, ekspresikan segala yang kau rasakan, proyeksikan semua yang kau impikan. Biar menyeruak, seperti pusaran debu diterbangkan angin. Bukankah salju pun membiarkan dirinya meleleh di gerbang musim semi, tanpa pernah sempat memperkenalkan dirinya pada kuncup dan kelopak bunga.

Inilah sinema dirimu, layar panorama kedirianmu, slide yang mengalir, tak kunjung tiba pada helai gambar terakhir.

Bertengkarlah dengannya. Berteriaklah dalam bara amarahmu. Di kali lain, cicipi pula pedas kata-katanya, karena hubungan jangka panjang, mustahil bisa selamat dari hal-hal seperti itu.

Yang penting adalah, bagaimana kamu dan dia bisa kembali merasakan cinta mengobati semua luka, terpadukan lagi, terhubungkan kembali, dan setiap kali itu terjadi, kalian mestinya telah naik satu level, semakin esensial, semakin mengerti. Semakin percaya, tak ada jalan lain yang mengantarmu lebih pasti daripada ini.

Seperti kehidupan itu sendiri, cinta adalah pergulatan yang pada titik tertentu akan memeras kelenjar air matamu, meremukkan hatimu yang ringkih, membuatmu terjebak dalam malam-malam panjang, saat mata tak bisa dipaksa pejam.

Tetapi tetaplah di situ, bergulat bersama pengertian, kedamaian, pertentangan, kekhilafan, bara api, perih tanpa suara, dan cinta yang menggenapinya.

Karena cinta adalah tentang menyatukan yang pecah, merekatkan yang terpisah, memulihkan luka, mengenali duka, mengakrabi lara, mengerti nestapa. Juga tentang menyediakan bahu menampung air mata, tentang menyiapkan diri bahwa kekasih sejati sekalipun, tak selalu bisa menyediakan semua yang kamu inginkan. Tentang memahami, jika dia tak menyayangimu seperti yang kau inginkan, bukan berarti dia tak mencintaimu dengan segala yang dia punya.

Inilah penyatuan kembali, kesadaran yang datang perlahan, bahwa di balik semua kekalutan itu, kalian sesungguhnya telah membangun sejarah keindahan yang begitu panjang, jauh lebih panjang dari duka yang pernah kalian rasakan. Mengingat kembali begitu lelah penantian yang seakan tak berujung itu, dalam kesendirian yang menikam, sebelum pada akhirnya kalian saling menemukan, dipersatukan kehidupan.

Demi semua kegamangan dalam ketidakpastian yang menyelimuti setiap hari yang tiba, inilah hidupmu, ketakutanmu, egomu, mimpimu, esokmu, sejarahmu. Dan untuk itu semua, serela-relanya, kau akan mempertaruhkan segalanya.

Tinggalkan komentar